You are currently viewing Resensi Buku: Panduan Disiplin Positif dalam Pembelajaran Inklusif dan Ramah Anak

Resensi Buku: Panduan Disiplin Positif dalam Pembelajaran Inklusif dan Ramah Anak

Buku Panduan Disiplin Positif dalam Pembelajaran Inklusif dan Ramah Anak merupakan sumber berharga bagi para pendidik yang ingin menerapkan disiplin positif dalam lingkungan pendidikan inklusif dan ramah anak. Buku ini terinspirasi dari karya Sarah Ochwell Smith berjudul Gentle Discipline yang menekankan pendekatan disiplin lembut dan empatik terhadap anak. Salah satu aspek penting yang dibahas dalam buku ini adalah bagaimana mengenali siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang positif dan kondusif. Berikut adalah ulasan dari dua sub bab utama dalam buku ini, yaitu “Pelajari Siswa Anda” dan “Menciptakan Lingkungan yang Positif dan Kondusif”.

Pada Sub Bab: Pelajari Siswa Anda

Memahami siswa adalah langkah pertama yang sangat penting dalam menciptakan hubungan yang efektif dan membangun suasana belajar yang inklusif serta ramah anak. Sub bab ini mengacu pada pendekatan yang diajukan oleh Sarah Ochwell Smith dalam bukunya Gentle Discipline, di mana pendidik didorong untuk memahami karakteristik unik setiap siswa sebelum menerapkan metode disiplin apa pun.

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam mendekati dan mengenali siswa:

  1. Membangun hubungan saling percaya dan peduli
    Guru harus terlebih dahulu membangun hubungan yang berdasarkan rasa percaya dan peduli kepada siswa. Hal ini penting untuk menciptakan suasana aman di mana siswa merasa nyaman untuk berkomunikasi, berekspresi, dan berkembang. Kepercayaan antara guru dan siswa merupakan fondasi dari hubungan yang baik, sehingga menciptakan ruang bagi siswa untuk merasa dihargai dan didengarkan.
  2. Mengenali karakteristik siswa satu per satu
    Setiap siswa memiliki kepribadian, minat, dan latar belakang yang berbeda. Oleh karena itu, guru perlu mengenali karakteristik individual siswa secara menyeluruh. Proses ini membutuhkan waktu dan kesabaran, tetapi sangat penting untuk memahami kebutuhan dan gaya belajar masing-masing siswa. Dengan demikian, guru dapat merancang pendekatan yang sesuai dan efektif untuk setiap anak.
  3. Menjadi role model bagi siswa
    Guru tidak hanya bertugas mengajar, tetapi juga menjadi teladan bagi siswa. Bagaimana guru berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain, termasuk cara menghadapi konflik dan tekanan, akan menjadi contoh nyata bagi siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu menunjukkan sikap positif, empati, dan kedewasaan dalam setiap tindakan yang diambil.
  4. Hubungan ramah namun tetap tegas
    Penting bagi guru untuk bersikap ramah dan terbuka kepada siswa, namun tetap menjaga otoritas sebagai seorang pendidik. Guru perlu memposisikan dirinya sebagai sosok dewasa yang dapat diandalkan, yang memberikan panduan dan batasan dengan cara yang bijaksana.

Untuk mengenali siswa lebih dalam, beberapa metode yang dapat digunakan oleh guru meliputi:

  • Circle time atau ring time: Sebuah sesi berkumpul di mana siswa dan guru dapat berbagi cerita, pengalaman, atau pemikiran secara terbuka. Sesi ini memungkinkan guru untuk melihat lebih dalam kepribadian siswa dan memahami dinamika sosial di antara mereka.
  • Mengumpulkan data base siswa: Informasi tentang latar belakang, minat, dan kebutuhan siswa harus dikumpulkan secara terstruktur sehingga guru dapat menyesuaikan pendekatan pengajaran dengan lebih baik.
  • Profiling siswa pada awal tahun ajaran baru: Membuat profil setiap siswa berdasarkan pengamatan awal dan interaksi dengan mereka sangat membantu dalam memahami gaya belajar dan kebutuhan emosional mereka.

Pada Sub Bab: Menciptakan Lingkungan yang Positif dan Kondusif

Setelah mengenal siswa dengan baik, langkah berikutnya adalah menciptakan lingkungan belajar yang positif dan kondusif. Lingkungan ini akan mendorong siswa untuk belajar secara efektif dan merasa aman serta didukung di dalam kelas.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang positif dan kondusif dalam kelas antara lain:

  1. Manajemen kelas yang baik
    Guru berperan sebagai role model dalam menciptakan manajemen kelas yang adil dan konsisten. Aturan yang diterapkan di kelas harus bersifat inklusif dan tidak pilih kasih. Penerapan disiplin harus dilakukan dengan cara yang adil, di mana semua siswa diperlakukan dengan sama tanpa ada perlakuan istimewa.
  2. Menata lingkungan kelas yang nyaman
    Menata kelas sedemikian rupa sehingga menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif sangat penting dalam mendukung proses belajar mengajar. Pengaturan tempat duduk, dekorasi, dan peralatan belajar harus dirancang untuk meningkatkan konsentrasi dan motivasi siswa.
  3. Mengembangkan rutinitas kelas
    Membiasakan rutinitas di kelas seperti melakukan ring time di awal pelajaran dapat menciptakan suasana yang teratur dan nyaman bagi siswa. Rutinitas membantu siswa memahami ekspektasi dan meningkatkan rasa tanggung jawab serta disiplin diri.
  4. Mengembangkan aturan kelas bersama siswa dan orang tua
    Melibatkan siswa dan orang tua dalam merumuskan aturan kelas adalah cara yang efektif untuk menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab. Siswa akan lebih termotivasi untuk mematuhi aturan yang mereka bantu buat, sementara orang tua akan lebih memahami dan mendukung kebijakan disiplin di sekolah.

Dengan menerapkan pendekatan yang ramah anak dan inklusif ini, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, efektif, dan mendukung perkembangan siswa secara holistik. Buku Panduan Disiplin Positif dalam Pembelajaran Inklusif dan Ramah Anak memberikan pedoman yang jelas bagi para pendidik untuk mengenal siswa lebih baik dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Panduan Disiplin Positif dalam Pembelajaran Inklusif dan Ramah Anak

Oleh: Mungfan Dzar Hafidho (Guru IPS Insan Mandiri Cibubur)

Leave a Reply