Menjadi Gurunya Manusia
Menjadi seorang guru adalah salah satu cita-cita mulia yang didambakan para pemuda di zaman milineal ini. Berawal dari ketertarikan ku pada pelajaran bahasa Indonesia selama di SMA, membuat ku ingin melanjutkan studi yang lebih tinggi lagi. Saat di kelas XII, Aku berusaha untuk mencoba jalur masuk perguruan tinggi yang telah disediakan oleh sekolah pada waktu itu namanya PMDK. Dengan kemauan yang gigih Aku mencoba memenuhi segala persyaratan yang diminta oleh pihak sekolah, mulai dari tes kesehatan, legalisir, dan raport. Akhirnya pada bulan April mendekati Ujian Nasional Aku menerima surat yang dikirimkan dari salah satu universitas negeri di Bandung. Alhamdulillah aku diterima sebagai mahasiswa perguruan tinggi negeri di jurusan bahasa dan sastra Indonesia.
Setelah lulus dari SMA, Aku mengurus kebutuhan kuliah dan melakukan registrasi di tempat kuliah, Aku terkejut bahwa jurusan yang ku ambil bukanlah jurusan pendidikan yang notabenenya menjadi guru melainkan menjadi seorang ahli bahasa / sastrawan. Aku bertanya kepada pihak kampus yang berwenang agar aku dapat pindah ke jurusan pendidikan. Namun, sayang sekali semangat Ku mulai turun untuk menjadi seorang guru, karena ternyata tidak mudah untuk bisa pindah ke jurusan pendidikan, harus menunggu 2 tahun dahulu atau mengikuti SBMPTN di tahun depan.
Memang tak mudah menerima hasil yang tak sesuai harapan, namun secercah cahaya hadir menerangkan jalan ku. Ya dialah Ibu ku, yang membuat ku kembali bersemangat untuk tetap melanjutkan perguruan tinggi di tempat tersebut. pada perjalanan kuliah, Aku mengikuti banyak organisasi dan punya banyak teman yang berasal dari jurusan pendidikan. Disinilah Aku mulai bertanya dan belajar tentang matakuliah dan buku-buku yang di ajarkan pada jurusan pendidikan.
Setelah lulus dari perkuliahan aku pun mulai mencoba untuk melamar menjadi seorang guru. Alhamdulillah ada seorang teman kakak ku yang menawarkan menjadi guru bimbel. Berbulan-bulan telah ku lalui, Aku mulai berpikir sepertinya lebih menarik mengajar di sekolah-sekolah formal. Mungkin karena ridho Allah dan do’a orang tua ku, selang beberapa bulan aku mengajar di bimbel, ada seorang teman ku yang menawarkan untuk mengajar di sebuah sekolah swasta di Bekasi. Dengan pertimbangan yang matang akhirnya aku pun menerima tawaran itu. Dari sinilah dimulai kehidupan awal ku menjadi seorang guru di SMAIT Insan Mandiri.
SMAIT Insan Mandiri merupakan sekolah menengah ke atas yang menarik dengan sistem boarding school, pembelajarannya tetap menjalankan kurikulum kedinasan dan plus pembelajaran agama. Disini aku benar-benar bisa mendapatkan apa yang menjadi passion ku selama ini. Pada tahun pertama aku mencoba untuk belajar menjadi guru yang professional yang mampu membuat siswa mengerti dan paham akan materi yang disampaikan. Tetapi itu semua belum cukup menjadi seorang guru yang baik menurut ku, karena masih banyak siswa yang sebenarnya butuh pemahaman dan pendidikan yang lebih dari sekadar belajar di kelas.
Pada tahun ke-2 di SMA ini, Aku mulai memahami bahwa tak cukup jika hanya professional di kelas, tetapi kita juga harus memberikan pendidikan di luar kelas. Seperti memberi contoh yang baik pada siswa, melakukan aktivitas bersama dengan mereka, berdiskusi dan bercanda dengan mereka. Dari sinilah Aku sadar dan melihat perubahan pada diri mereka ke arah yang lebih baik, bahwa siswa juga butuh pendidikan di luar kelas.
Tak terasa pada tahun ke-3, Aku di berikan sebuah tanggung jawab yang besar untuk menjadi seorang wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Disini Aku mulai berpikir tak cukup rasanya jika kita hanya memberikan pendidikan di dalam kelas dan di luar kelas, namun Aku juga harus bisa mengantarkan anak-anak pada sebuah visi-misi dari sekolah. Yaitu mempersiapkan siswa menjadi cendikiawan muslim sejati yang cerdas, terampil, memiliki pengetahuan, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki semangat juang untuk meraih izzul Islam wal Muslimin. Implentasi dari visi misi ini adalah dengan dibuatnya program-program kesiswaan yang mengarah pada visi misi seperti kegiatan kedisiplinan, keagamaan, sosial, bimbingan konseling dan karir, ekstrakurikuler, dan sebagainya.
Seiring berjalannya waktu, masalah yang baru pun muncul. Rasanya tidak mungkin jika dalam sekolah tidak terdapat masalah. Justru karena sekolah tempat menampunngnya masalah, maka kita yang harus memberikan solusi/obat dari masalah tersebut. Pada tahun ke-4 Alhamdulillah Aku masih diamanahi sebagai Kesiswaan, namun Aku merasa bahwa belum adanya sinergi antara sekolah dan asrama dalam mewujudkan visi misi sekolah.
Adanya perbedaan pendapat terkait paradigma, peraturan, dan kolaborasi kegiatan, membuat seakan-akan masing-masing pihak memiliki kepentingan. Alhamdulillah, berkat ikhtiar dan kolaborasi yang baik dari semua pihak akhirnya persoalan-persoalan seperti itu bisa segera teratasi. Pada tahun ini Aku belajar bahwa tidak cukup untuk membuat program-program yang keren untuk SMA akan tetapi harus bersinergi juga dengan pihak yang lainnya seperti Asrama dan Yayasan, agar apa yang menjadi visi misi sekolah seluruhnya dapat dengan mudah tercapai.
Untuk menciptakan sebuah pendidikan yang baik, diperlukan sebuah sinergi yang lebih, tidak hanya antara sekolah dan asrama atau yayasan, namun, yang lebih penting adalah bagaimana membangun sinergi dengan para orangtua. Hal inilah menurut Aku menjadi konsen di tahun ke-5 dan ke-6 selama Aku bekerja di SMAIT Insan Mandiri. Tidak sedikit anak-anak yang bersekolah di sini karena kemauan orangtua bukan dari siswanya. Akibatnya ketika dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa merasakaan keterpaksaan dan kejenuhan di dalam prosesnya.
Belum lagi persoalan orangtua yang belum mendukung pendidikan anaknya selama di sekolah, di asrama, maupun di rumah. Atas dasar itulah akhirnya perlu sebuah program untuk memberikan pendidikan kepada orangtua agar bisa bersinergi dengan sekolah maupun asrama yaitu Quality Time bersama Pak Munif Chatib, Home Visit, dan konseling orang tua. Alhamdulillah dari kegiatan ini pun banyak orangtua yang antusias dalam mendukung kemajuan belajar anak-anaknya. Sehingga saya belajar banyak disini unruk menjadi gurunya manusia yang selalu berprinsip bahwa setiap anak adalah bintang.
Pendidikan terbaik adalah pendidikan yang mampu membuat anak menjadi lebih baik. Guru yang baik adalah guru yang mampu memberikan yang terbaik bagi siswanya. Jadilah gurunya manusia, yang selalu belajar dan memberikan manfaat banyak bagi semua orang. Selamat milad YPSJ semoga semakin maju, berkah, dan sukses.
Menjadi Gurunya Manusia
Oleh : Manarul Ikhsan, M.Pd (Guru Bahasa Indonesia SMA IT Insan Mandiri)
kunjungi : SD Silaturahim Islamic School
Pingback: Resensi Buku "Gentle Discipline" Karya Sarah Ockwell-Smith: Pembelajaran tentang Pendekatan dan Lingkungan Positif di Kelas - Insan Mandiri Cibubur