You are currently viewing MENJADI GURU TERNYATA CITA-CITA PERTAMAKU

MENJADI GURU TERNYATA CITA-CITA PERTAMAKU

Menjadi Guru,

Februari 2017 tepatnya saya diwisuda dengan gelar sarjana sains. Setelah saya lulus kuliah, saya memiliki ambisi untuk bekerja di bagian mikrobiologi suatu perusahaan makanan, minuman, atau obat-obatan. Hal ini saya perjuangkan karena saya merasa saya punya keahlian itu dan saya senang bekerja dibagian itu.

Namun, qodarullah saya tidak bekerja sebagai analis atau laboran itu. Saya sempat merasa kecewa dengan jalan yang telah Allah takdirkan. Karena banyak sekali perusahaan yang meminta saya bergabung di perusahaannya, kebanyakan dalam bidang perbankan, namun saya tolak karena ambisi saya masih sangat besar untuk mengejar impian saya menjadi analis.

Allah telah berulang kali menunjukkan jalan untuk saya memilih sebagai guru, tapi saya juga tolak itu karena tidak pernah terbesit dipikiranku menjadi seorang guru. Sampai akhirnya orang tua saya mengatakan bahwa, “Bekerja itu bukan hanya karena keinginan, tapi seberapa besar manfaat keberadaan kita terhadap orang lain dan lingkungan kita.” Saya menyangkal mereka, saya berkata: “ saya sudah terlalu jauh melangkah dengan skripsi dan PKL yang linier dengan impian saya”. Lagi-lagi ibu saya hanya tersenyum dan meminta saya untuk sholat meminta petunjuk dari Allah SWT.

Selama saya mengejar ambisi, saya mengisi hari-hari menjadi seorang tutor privat. Saya tidak menyadari bahwa yang saya lakukan itu adalah pekerjaan seorang guru di sekolah. Januari 2018, saya memutuskan untuk berdamai dengan keadaan dan jalan yang telah Allah takdirkan, yaitu belajar menjadi seorang “guru” di SMPIT Insan Mandiri Cibubur.

Sebulan pertama saya pulang pergi Cibubur-Bogor menggunakan angkutan umum dan harus berangkat subuh serta pulang malam. Adaptasi yang saya rasakan cukup menguji kesehatan karena sering merasa kelelahan. Bukan karena jarak saja, namun ternyata siswa-siswa di kelas Alhamdulillah sangat aktif dalam belajar, selain itu saya juga harus menjadi guru yang kreatif dan mengikuti gaya belajar siswa.

Bekal menjadi seorang guru sangatlah sedikit bahkan bisa dikatakan tidak punya, apalagi dalam hal administrasi guru. Saya hanya menyimak reakan-rekan guru di kantor, bertanya, dan mencoba yang saya bisa lakukan. Walaupun pekerjaan itu sangatlah baru bagiku dan saya tidak pernah mendapatkan pelajaran tersebut di perkuliahan. Yang saya punya hanya materi pembelajaran saja. Tapi untuk metode mengajar, cara menilai, pembuatan RPP, dan lain-lain saya sangat masih awam.

Awal saya mengajar, saya belum bisa menghafal semua nama siswa, dan itu kelemahan saya. Selain itu suara saya juga tidak terlalu jelas dan kencang ketika mengajar. Berbagai kritikan dan saran saya terima. Sampai akhirnya saya berpikir. “ kenapa saya bisa menjadi guru, ini kan bukan cita-cita saya?”. Berkali-kali saya pikirkan. Sampai akhirnya saya menemukan jawabannya. Ternyata ketika di Sekolah Dasar saya pernah menuliskan cita-cita saya di secarik kertas yang diminta oleh guru saya.

Di kertas itu saya menuliskan cita-cita saya menjadi “GURU IPA” dan saya juga menuliskan “ SAYA HARUS MASUK JURUSAN IPA SAAT SMA DAN SAYA HARUS KULIAH JURUSAN IPA AGAR SAYA BISA MENJADI GURU IPA”. Ketika saya berada di sekolah dasar, memang saya senang sekali mengajar anak-anak di dekat rumah saya untuk belajar, bahkan menggunakan papan tulis seperti di sekolah.

Benar apa yang Bapak Munif Chatib katakan, cita-cita itu bisa berubah-ubah. Ketika saya SMA pun cita-cita saya menjadi pengusaha, memang saat itu saya juga sedang belajar usaha souvenir pernikahan kecil-kecilan, bahkan guru saya ada yang memberikan motivasi, buku panduan handmade, dan support yang luar biasa. Tapi, semenjak kuliah cita-cita saya pun berubah lagi.

Pengalaman saya yang baru sedikit ini dalam mengajar siswa SMP mata pelajaran IPA sudah sangat banyak memberikan pelajaran hidup. Keadaan sekolah yang boarding atau asrama membuat mereka jauh dari orang tua. Saya merasa bangga kepada mereka karena bisa survive dalam usianya yang masih suka manja dan tidak bisa jauh dari orang tua.

Keadaan tersebut juga menuntut saya bertanggung jawab lebih atas mereka, selain materi yang harus mereka serap, saya juga harus menanamkan nilai moral kepada mereka, memposisikan saya menjadi ibu dari mereka.

Begitu banyak kejaadian-kejadian luar biasa yang saya alami dengan siswa-siswa di kelas maupun di luar kelas. Dari sekian orang yang mengikuti pelajaran, banyak sekali karakter khas yang muncul dari mereka. Berbagai cara merekan dalam memahami pelajaran membuat saya tertantang dalam belajar lebih lagi khususnya metode dan strategi dalam mengajar. Alhamdulilah di Insan Mandiri Cibubur saya mendapat banyak sekali pelajaran untuk mengasah kemampuan dalam mengajar.

“Banyak sekali diluar sana yang ingin bersekolah seperti kalian. Namun mereka tidak bisa karena beberapa faktor. Nikmatilah masa-masa belajar kalian saat ini, tidak perlu stress menghadapi ujian atau apapun yang membuat kalian terbebani. Etika dan istiqomah dalam berbuat baik itu sangatlah mahal harganya dibandingkan dengan otak yang cerdas tanpa etika yang baik.”

 

Author

Nurhalimah (Science Teacher SMPIT Insan Mandiri Cibubur)

 

kunjungi juga : SD Silaturahim Islamic School