Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Sains Di Ambil dari berbagai sumber
Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Kemudian Al-Qur’an di sebar luaskan kepada seluruh pengikut Rasulullah dan manusia di bumi. Keberadaan Al-Qur’an sebagai sumber yang absolut menjadi dasar utama dalam pembelajaran ilmu sains. Seringkali penemuan-penemuan terbaru yang dilakukan oleh para ilmuan modern memiliki kesamaan denga apa yang tertulis dalam Al-Qur’an. Berikut adalah 9 Ayat Al Qur’an tentang sains yang telah di buktikan oleh penemuan ilmuan modern:
https://www.insanmandiri.sch.id/pendaftaran
1. Sungai di Bawah Laut (QS. Al-Furqan Ayat 53)
Pada 1873, para pakar ilmu kelautan Inggris dengan menggunakan kapal Challenger menemukan perbedaan ciri-ciri laut dari segi kadar garam, temperatur, jenis ikan atau binatang, dan lainnya. Setiap jenis air berkelompok dengan sendirinya dalam bentuk tertentu, terpisah dari jenis air yang lain betapapun ia mengalir jauh.
Air Sungai Amazon yang mengalir deras ke laut Atlantik sampai batas 200 mil, masih tetap tawar. Mata air di Teluk Persia mempunyai ikan-ikan yang khas dan masing-masing tidak hidup kecuali di lokasinya.
Laut yang dimaksud adalah lautan yang memenuhi sekitar tiga per empat bumi ini serta sungai yang ditampung oleh tanah dan yang memancarkan mata air, serta sungai-sungai besar yang kemudian mengalir ke lautan. Meskipun tidak mampak jelas batas antara keduanya tapi dari hasil penelitian menunjukan bahwa air dari sungai dan air laut tidaklah tercampur.
Disana terdapat Barzakh (pemisah) penampungan air yang terdapat di bumi dan saluran-saluran bumi yang menghalangi air laut bercampur dengan air sungai sehingga tidak mengubahnya menjadi asin.
Penemuan penelitian tersebut sesuai dengan Ayat Al Quran Surat Al-Furqan ayat 53. Dalam ayat tersebut terjemahannya adalah “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.”
2. Jasad Fir’aun yang masih utuh (Surat Yunus Ayat 92)
Dalam Al-Quran Surat Yunus ayat 92 yang artinya “Maka hari ini, Kami biarkan engkau (hai Firaun) terlepas dari badanmu (yang tidak bernyawa ditelan laut), untuk menjadi tanda bagi orang-orang setelahmu (supaya mereka mengambil pelajaran). Dan (ingatlah) sesungguhnya kebanyakan manusia lengah terhadap tanda-tanda kekuasaan Kami!”
Mumi Ramses II atau Firaun ditemukan pada tahun 1881 di dekat Luxor di Mesir selatan. Jasad Firaun yang telah ditemukan bisa dilihat langsung di The National Museum of Egyptian Civilisation (Museum Nasional Peradaban Mesir) di kawasan Fustat, Kairo, Mesir.
Mengutip buku Ensiklopedi Iman oleh Syaikh Abdul Majid Az-Zandani dokter bedah berkebangsaan Perancis, Dr. Maurice Bucaille mengatakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap jasad Firaun, tampak bekas-bekas yang menunjukkan bahwa penguasa Mesir Kuno itu mati tenggelam. Salah satunya dari kandungan garam laut yang terdapat pada jasad.
Berdasarkan penelitian bahwa kondisi mayat firaun masih utuh meskipun usianya lebih dari 3500 tahun. Sehingga hal tersebut sesuai denga napa yang tertulis dalam Al-Qur’an Surat Yunus ayat 92.
Sumber: https://maqalah2.blogspot.com/2015/02/laut
3. Ilmu tentang sidik jari (QS. Al Qiyamah Ayat 3)
Ilmu tentang sidik jari mulai di kembangkan pada kea bad ke 19. Sir Francis Golt akhirnya membuat sidik jari menjadi metode ilmiah identifikasi pada 1880. Berdasarkan hasil penelitiannya bahwa sidik jari setiap manusia itu berbeda. Tidak ada seorangpun yang memiliki kesamaan. Sehingga sidik jari ini dapat digunakan sebagai media identifikasi forensik.
Hal tersebut sesuai dengan Ayat Al-Qur’an dalam Surat Al Qiyamah ayat 3 yang artinya: “Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.”
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa setiap orang memiliki bentuk sidik jari yang sangat rumit. Namun dengan kebesaran Allah SWT mampu untuk membentuk dan menyusun Kembali dengan sempurna yang makhluk gak bisa lakukan. Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Sains masih banyak lagi yang dapat ditemukan oleh peneliti modern simak terus artikel dibawah ini.
4. Segala sesuatu yang diciptakan berpasang-pasangan (Q.S. Adz Zaariyat Ayat 49)
Segala zat yang ada di bumi telah dibentuk secara berpasang-pasangan. Bahkan untuk zat yang paling kecilp[un memiliki pasangannya. Seorang ilmuwan asal Inggris, Paul Dirac, telah berhasil melakukan penelitian yang membuktikan bahwa materi diciptakan secara berpasangan (terdapat proton dan neutron dalam elektron). Penemuannya dinamakan ‘Parite. Berdasarkan hasil penelitian yang luar biasa tersebut ia memperoleh Nobel di bidang fisika pada tahun 1933.
Hal tersebut sejalan dengan Ayat yang terdapat dalam Alqur’an Surat Adz Zaariyat ayat 49 yang artinya “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah”
5. Bahtera kapal Nabi Nuh (Q.S. Asy-Syuara ayat 119-120)
Berikut adalah Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Sains rangkuman 5 fakta tentang kapal Nabi Nuh yang tercatat dalam Al-Qur’an dan Hadits tentang Kapal Nabi Nuh AS.
a. Dibuat atas perintah Allah
Di dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 36-39, disebutkan bahwa Allah menghibur Nabi Nuh yang telah mengalami makian, cibiran, dan perlakuan kasar dari Bani Rasib dengan menurunkan perintah agar ia dan kaumnya dapat selamat atas izin Allah.
Artinya: Diwahyukan (oleh Allah) kepada Nuh, “(Ketahuilah) bahwa tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar telah beriman. Maka, janganlah engkau bersedih atas apa yang selalu mereka perbuat. Buatlah bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan janganlah engkau bicarakan (lagi) dengan-Ku tentang (nasib) orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.”
Mulailah dia (Nuh) membuat bahtera itu. Setiap kali para pemuka kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, “Jika kamu mengejek kami, sesungguhnya kami pun akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami). Maka, kelak kamu mengetahui siapa (di antara kita) yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan (siapa pula) yang akan ditimpa azab yang kekal.”
b. Terbuat dari papan dan pasak
Bahtera penyelamat Nabi Nuh tidak memiliki nama khusus, tetapi disebut sebagai safina, kata yang lazim untuk perahu. Hal tersebut tercantum dalam Al-Qur’an surat Al Qamar ayat 13,
Artinya: Kami mengangkut dia (Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak yang berlayar dengan pengawasan Kami sebagai balasan (kebaikan) bagi orang yang telah diingkari (kaumnya).
Tidak ada penjelasan lain dalam Al-Qur’an terhadap rincian pembuatan bahtera tersebut dan bagaimana rupanya. Meskipun Abdullah bin Abbas, salah seorang sahabat Nabi Muhammad, menulis bahwa tatkala Nabi Nuh merasa ragu-ragu pada bentuk bahtera yang akan dibuatnya, Allah mewahyukan kepadanya bahwa perahu tersebut akan berbentuk seperti perut burung dan terbuat dari kayu jati.
c. Memuat binatang dan orang-orang yang beriman (Surat Al Mu’minun ayat 27)
Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Sains Hal tersebut tercantum dalam Al-Qur’an surat Al Mu’minun ayat 27, Artinya: Kami wahyukan kepadanya, “Buatlah kapal dengan pengawasan dan petunjuk Kami. Apabila perintah Kami telah datang dan tungku (dapur) telah memancarkan air, masukkanlah ke dalam (kapal) itu sepasang-sepasang dari setiap jenis (binatang), juga keluargamu, kecuali orang yang lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa siksaan) di antara mereka. Janganlah engkau bicarakan dengan-Ku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
Dalam buku Bahtera Sebelum Nabi Nuh Kisah Menakjubkan tentang Misteri Bencana Banjir di Zaman Kuno yang disusun oleh Dr. Irving Finkel, disebutkan bahwa perahu itu mempunyai 3 lantai, lantai dasar untuk binatang buas dan merayap, lantai kedua untuk manusia, dan lantai ketiga untuk unggas dan burung-burung.
Bahtera itu mempunyai pintu yang terletak di tengah dan mempunyai daun pintu yang mengunci rapat dari atas. Di setiap ruas kayu, baik dari dalam maupun luar, dilumuri dengan tir yang berfungsi menahan air agar tidak bisa masuk.
d. Berlabuh di Gunung Judiy
Akmal Rizki Gunawan Hasibuan dalam bukunya Menyinari Kehidupan dengan Cahaya Al-Quran menyebutkan bahwa menurut sejumlah penelitian, kapal Nabi Nuh diperkirakan dibuat sekitar tahun 3465 SM. Beberapa ahli lain berpendapat perahu Nabi Nuh dibangun di sebuah tempat bernama Shuruppak, yakni sebuah kawasan yang terletak di selatan Irak.
Adapun dalam Al-Qur’an, tidak disebutkan persisnya di mana kapal Nabi Nuh berlabuh selain di atas Gunung Judiy, hal ini tercantum pada surat Hud ayat 44,
Artinya: Difirmankan (oleh Allah), “Wahai bumi, telanlah airmu dan wahai langit, berhentilah (mencurahkan hujan).” Air pun disurutkan dan urusan (pembinasaan para pendurhaka) pun diselesaikan dan (kapal itu pun) berlabuh di atas Gunung Judiy) dan dikatakan, “Kebinasaanlah bagi kaum yang zalim.”
Secara geografis, Gunung Judiy terletak di Armenia sebelah selatan dan berbatasan dengan Mesopotamia, Bukit ini berada di dekat kota Jazirah bin Umar di tepi timur Sungai Tigris di provinsi Mosul, Irak, yang sekarang menjadi perbatasan Suria (Syria)-Turki. Bukit Judiy ini terlihat jelas dari daerah Ainu Diwar, Syria.
e. Menyelamatkan Nabi Nuh dan orang-orang beriman
Semua yang tersisa di bumi yaitu yang tidak naik kapal Nabi Nuh tenggelam. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Asy-Syuara ayat 119-120.
Artinya: “Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tersisa.” (Asy-Syuara 119-120).
Adapun terkait manusia-manusia yang hidup yakni keturunan dari Nabi Nuh dan umatnya tercantum dalam hadits berikut.
Al-Hamawi menjelaskan, “Orang pertama yang turun kapal adalah Nuh AS, ketika beliau keluar dari kapal, beliau bersama 80 manusia. Mereka membangun tempat tinggal di tempat itu dan menetap di sana. Kemudian mereka tertimpa wabah penyakit, sehingga 80 orang tersebut meninggal kecuali Nuh AS dan anaknya. Maka beliau adalah Abul Basyar (bapak seluruh manusia)” [Mu’jam al-Buldan, 2/84, Darul Fikr, Beirut, Syamilah].
Itulah deretan fakta tentang kapal Nabi Nuh AS yang tercantum dalam Al-Qur’an dan hadits. Semoga dapat memberikan pengetahuan dan juga manfaat bagi kita semua.
6. Segala yang hidup berasal dari air (QS. An-Nur ayat 24:45).
Allah SWT telah menciptakan setiap makhluk hidup dari air. Beberapa dari mereka berjalan di atas perutnya, beberapa dari mereka dengan dua kaki, sedangkan yang lainnya berjalan dengan empat kaki.
“Dan Allah yang menciptakan manusia dari air dan kemudian memberi mereka hubungan darah dan perkawinan. Tuhanmu Yang Maha kuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nur ayat 24:45).
“Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,”(QS. Al-Ankabut [29]: 20).
“Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup, apakah mereka beriman? (Qs Al-Anbiya, ayat 30),”
Ayat-ayat di atas secara gamblang menjelaskan bahwa segala sesuatu yang hidup di dunia ini bahan baku penciptaannya berasal dari air. Tetapi sebelum berbicara masalah itu, Anda dapat melihat bagaimana benda mati pun ternyata bahan bakunya berasal dari air.
7. Jenis kelamin bayi (surah An-Najm [53] ayat 45-46)
Pada awalnya, manusia meyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Ada pula yang percaya bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan perempuan.
Jauh sebelum ilmu pengetahuan mengetahui tentang rahasia jenis kelamin bayi, pada abad ke-7 M, Alquran telah memberi tahu bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan “dari air mani apabila dipancarkan”.
Berikut Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Sains dalam surah An-Najm [53] ayat 45-46: “Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan.”
Menurut Harun Yahya, kromosom Y membawa sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X berisi sifat-sifat kewanitaan. Di dalam sel telur ibu hanya dijumpai kromosom X, yang menentukan sifat-sifat kewanitaan.
Di dalam air mani ayah, terdapat sperma-sperma yang berisi kromosom X atau kromosom Y saja. Jadi, jenis kelamin bayi bergantung pada jenis kromosom kelamin pada sperma yang membuahi sel telur, apakah X atau Y. Dengan kata lain, sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, penentu jenis kelamin bayi adalah air mani, yang berasal dari ayah. Pengetahuan tentang hal ini, yang tak mungkin dapat diketahui di masa Alquran diturunkan, adalah bukti akan kenyataan bahwa Al Qur’an adalah kalam Allah.
8. Garis Edar Tata Surya (Surah Al-Anbiya [21] ayat 33 – surah Yasin [36] ayat 38 –
Sebelum ilmu astronomi berkembang, sebagian orang percaya matahari bergerak mengitari bumi, bukan sebaliknya. Barulah di saat astronom Nicholas Copernicus pada 1512 masehi mengungkapkan bahwa matahari menjadi pusat tata surya, ilmu astronomi sedikit mengalami pencerahan.
Kemudian pada 1609, seorang ilmuwan Jerman bernama Johannes Kepler juga mengungkapnya teorinya yang disebut Astronomia Nova. Dalam teorinya, planet-planet di tata surya tidak hanya berputar di garis edarnya, namun juga berputar pada porosnya. Dengan adanya teori tersebut memungkinkan banyak orang untuk mempelajari mekanisme tata surya yang sebenarnya.
Pengamatan astronomi telah membuktikan kebenaran fakta ini. Menurut Ilmu Astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Artinya, matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari.
Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
Sebagaimana komet-komet lain di alam raya, komet Halley, juga bergerak mengikuti orbit atau garis edarnya yang telah ditetapkan. Komet ini memiliki garis edar khusus dan bergerak mengikuti garis edar ini secara harmonis bersama-sama dengan benda-benda langit lainnya.
Sejumlah ilmuwan menyebut ada sekitar 200 miliar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan.
Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing bergerak sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.
Garis Edar Tata Surya dalam Al-Qur’an
Fakta sains diatas sejatinya telah ada dalam Alquran yang hadir sejak abad ke-7 M. Padahal, pada zaman itu manusia tidak memiliki teleskop ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Anbiya [21] ayat 33: “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”
Kata ‘yasbahun’ yang berasal kata ‘sabaha’ memiliki makna bergerak (rotasi) yang berasal dari tubuh yang bergerak. Kata ‘yasbah’ diterapkan pada benda-benda ruang angkasa seperti matahari, namun bukan berarti hanya terbang di ruang angkasa. Hal itu dapat diartikan bahwa matahari tersebut berputar atau berotasi saat berjalan melalui ruang angkasa.
Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Sains
Selanjutnya, dalam surah Yasin [36] ayat 38: “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” Lalu dalam Surah Az-Zariyat [51] ayat 7 disebutkan bahwa keseluruhan alam semesta dipenuhi oleh lintasan dan garis edar: “Demi langit yang mempunyai jalan-jalan.”
“Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.” (QS Yasin: 39)
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS Yasin: 40)
Penjelasan Alquran terkait garis edar tata surya, jauh sebelum sains modern mengungkapnya ini membuktikan bahwa Alquran bukan buatan manusia. Tetapi datang langsung dari Allah SWT untuk menjadi pedoman kehidupan umat manusia. Semoga dapat menambah keimanan kita dan mendorong untuk terus mempelajari isi kandungan Alquran.
Sumber: https://islamic-center.or.id/alquran-sebutkan-fakta-ilmiah-garis-edar-tata-surya/
9. Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Sains Api Di Dasar Laut (Alquran Surah At-Tur Ayat 1–6)
Api umumnya akan padam ketika terkena air. Tetapi, ternyata memang terdapat api yang muncul dari dasar lautan dan bisa tetap menyala. Inilah fenomena yang terjadi di alam, tepatnya di dasar lautan di Bumi. Api-api tersebut keluar secara alami akibat letusan-letusan gunung api bawah laut.
Dalam buku ‘Miracles of Al-Qur’an & As-Sunnah’ dijelaskan asal mula ditemukannya api di dalam lautan ini. Setelah Perang Dunia II, para ilmuwan menjelajahi samudera dan lautan mencari bahan-bahan mineral yang cadangannya hampir habis.
Mereka terkejut menemukan bahwa banyak pegunungan vulkanik terbentang di seluruh lautan sepanjang ribuan kilometer yang mereka sebut sebagai pegunungan bawah laut. Dengan mempelajari bentangan pegunungan bawah laut, jelas bahwa gunung-gunung tersebut terbentuk akibat dari letusan-letusan dahsyat gunung berapi.
Pada kedalaman sekitar 1,6 km di bawah laut, lahar letusan gunung api bisa meleleh keluar dan memanas hingga menyemburkan abu-abu vulkanik. Fenomena ini bisa terjadi di seluruh lautan. Gunung-gunung api di dasar samudera jumlahnya lebih banyak dan lebih aktif dibandingkan gunung-gunung api di atas daratan. Gunung api tersebut terbentang di sepanjang dasar samudera.
Sebelum manusia menemukan fakta ini dan adanya teknologi canggih untuk observasi bawah laut, kitab suci Alquran ternyata telah lama menjelaskan fenomena sains tersebut.
Allah SWT berfirman:”1. Demi gunung (Sinai), 2. dan kitab yang ditulis, 3. pada lembaran terbuka, 4. demi Baitul Ma’mur (Kakbah), 5. demi atap yang ditinggikan (langit), (6) dan laut yang di dalam dasarnya ada api.” (Alquran Surah At-Tur Ayat 1–6)
Fakta bahwa terdapat api di dalam lautan sudah lama disebutkan dalam kitab suci Alquran sejak 14 abad lalu. Ini jauh sebelum manusia membuat teknologi canggih untuk pengamatan atau penelitian di dasar laut.
10. Dua Air Laut yang tidak menyatu (Surat Ar Rahman ayat 19-21)
Dalam surat Ar Rahman terdapat banyak hal menarik, salah satunya bisa dilihat dalam ayat 19-21. Dalam ayat ini disebutkan tentang dua lautan yang berdampingan namun tidak saling menyatu.
Berikut arti surat Ar Rahman ayat 19-21:
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Diantara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Ayat dalam surat Ar Rahman ini menjelaskan terkait fenomena alam. Dilansir dari Kemenag (22/5) dalam tafsir Kemenag dijelaskan bahwa keterpisahan dua luatan yang berdampingan tersebut memiliki faktor yang kompleks seperti tekanan angin, rotasi bumi, topografi dasar laut, rapat massa, temperature suhu udara, perbedaan iklim dan material lain yang saling berhubungan.
Di bumi, fenomena alam ini terjadi di Selat Gibraltar. Selat Gibraltar yang memisahkan Spanyol di Benua Eropa dan Maroko di Benua Afrika dan laut di sebelah timur Pulau Jepang ini merupakan pertemuan antara Laut Mediterania dan Laut Atlantik.
Selat Gibraltar terbilang sangat unik karena bisa dilihat dengan jelas bahwa ada dua air laut yang berdampingan dengan warna berbeda. Meskipun saling terkena arus dan gelombang laut, dua air ini tidak saling menyatu.
Kejadian ini ternyata bisa dijelaskan dalam bidang sains. Masih menurut penjelasan Kemenag, di beberapa Samudera seperti Pasifik, Atlantik, dan Hindia terdapat arus yang bergerak melawan permukaan laut yang dikenal sebagai Pacific Equatorial Undercurrent atau disebut Cromwell Current. Arus ini bergerak ke timur menentang arus Pacisic South Equatorial Current yang bergerak ke barat.
Pertentangan aliran arus ini kemudian yang membuat lautan seperti di Selat Gibraltar dan juga Laut Timur Jepang yang memiliki batasan namun tidak saling menyatu meskipun berdampingan.
Dalam buku Alquran vs Sains Modern menurut Dr Zakir Naik karya Ramadhani dkk, seorang ahli oseanografi bernama Francis J Cousteau pernah menyampaikan laporannya sebagai hasil pengkajiannya terhadap fenomena alam tersebut.
“Kami mempelajari pernyataan peneliti tertentu tentang penghalang yang memisahkan lautan dan mengamati bahwa Laut Mediterania memiliki salinitas dan kerapatan yang berbeda serta menjadi tempat hunian bagi flora dan fauna yang khas dari tempat itu,” jelas Cousteau
Melihat tafsir dan penjelasan sains soal surat Ar Rahman ayat 19-21 menunjukkan bahwa Allah SWT memperlihatkan kekuasaannya kepada mahkluk di bumi. Semoga kita semua semakin banyak bersyukur atas nikmat yang dilimpahkan.
Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Sains