Sejarah Singkat Gerakan Pramuka, disampaikan oleh Ibu Nuning Muliawati Guru Sejarah SMA IT Insan Mandiri Cibubur.
Gerakan kepanduan pertama kali diusung oleh Robert Boden Powell atau Lord Boden Powell. Kenapa dia mendapat gelar Lord, karena dia adalah bapak kepanduan sedunia. Kenapa gerakan kepanduan ini bisa lahir? Tentu tidak terlepas dari jasa Boden Powell.1907 adalah seseorang yang memiliki latar belakang militer, melihat fenomena pergaulan remaja di inggris yang mulai tidak baik dan cenderung bebas. Maka ia berpikir bagaiamana agar kaum remaja di inggris ini memiliki kegiatan positif. Scouting for boys adalah buku yang ia luncurkan di tengah fenomena pergaulan bebas remaja Inggris.
Di buku tersebut ia mengajak anak-anak muda melakukan hal yang positif. Salah satunya adalah cara-cara berkegiatan dan survival di alam bebas. Kegiatan kepanduan di Inggris ini semakin diminati tidak hanya oleh remaja laki-laki tapi juga perempuan. Gerakan kepanduan perempuan, yang dikenal sebagai Girl Guides atau Girl Scouts, pertama kali didirikan pada tahun 1910 oleh Robert Baden-Powell dan saudara perempuannya, Agnes Baden-Powell, di Inggris. Pergerakan ini merupakan versi perempuan dari gerakan kepanduan yang diciptakan oleh Robert Baden-Powell pada tahun 1907. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk melibatkan perempuan dalam kegiatan kemasyarakatan yang sama dengan laki-laki, seperti permainan, kerajinan, belajar keterampilan praktis, serta membentuk karakter dan patriotisme yang kuat.
Di Indonesia gerakan kepanduan pertama kali muncul tahun 1912 di tengah-tengah perang dunia ke I dan Indonesia masih dalam masa penjajahan Belanda. Sejarah gerakan kepanduan di Indonesia mulai terbentuk pada tahun 1912 dengan lahirnya sebuah cabang kepanduan dari Belanda yang dikenal sebagai Nederlandesche Padvinders Organisatie (NPO). Setelah itu, pada tahun 1916, organisasi tersebut mengalami perubahan dan diperkenalkan dengan sebutan NIPV (Netherland Indische Padvinders Vereeniging) atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda.
Pada tahun yang sama, Mangkunegara VII memprakarsai berdirinya organisasi kepanduan asli Indonesia yang pertama dengan mengakui Javaansche Padvinder Organisatie (JPO).
Pemikiran mengenai penyatuan gerakan kepanduan (Pramuka) di Indonesia mulai mengemuka pada tahun 1926. Pada waktu itu, organisasi kepanduan bernama Indonesische Padvinderij Organisatie (INPO) dibentuk sebagai hasil penggabungan antara Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO) dan Nationale Padvinderij Organisatie (NPO).
Sementara itu sejarah gerakan kepanduan di Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Sultan Yogyakarta dari tahun 1940 hingga 1988, berperan penting dalam sejarah gerakan kepanduan di Indonesia terutama di Yogyakarta. Terlahir dengan nama Bendara Raden Mas Dorodjatun, ia merupakan seorang pendukung kuat pengembangan kepanduan di Indonesia dan memberikan kontribusi besar dalam perkembangannya.
Pada tahun 1916, ketika masih menjabat sebagai Pangeran Adipati Anom Hamengku Buwono IX, ia mendirikan gerakan kepanduan pertama di lingkungan Keraton Kasultanan Yogyakarta yang bernama Jong Java atau Pemuda Jawa. Jong Java merupakan gerakan kepanduan yang berbasis pada nilai-nilai Jawa dan menggunakan bahasa Jawa dalam kegiatannya. Jong Java juga menjadi organisasi kepemudaan yang menjadi perintis ide nasionalisme lokal dan salah satu embrio perjuangan kemerdekaan.
Dengan semakin banyaknya organisasi Pramuka (Kepanduan) milik Indonesia. Akhirnya Hindia Belanda melarang penggunaan istilah Padvinder. Maka dari itu K.H Agus Salim menggunakan nama “Pandu atau Kepanduan” untuk nama organisasi Pramuka di Indonesia.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX terus mendukung dan mengembangkan gerakan kepanduan di Kasultanan Yogyakarta dan sekitarnya, bahkan setelah ia naik takhta sebagai Sultan Yogyakarta. Beliau menganggap kepanduan sebagai sarana yang efektif untuk membentuk karakter, disiplin, dan patriotisme generasi muda Yogyakarta, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan yang akan datang.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga mendukung gerakan kepanduan di tingkat nasional. Setelah kemerdekaan, kepanduan menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan di Indonesia dan banyak organisasi kepanduan lokal bersatu dalam wadah organisasi Pramuka. Beliau terus mendukung dan mempromosikan gerakan Pramuka di level provinsi dan nasional.
Berbagai peran dan kontribusi Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam gerakan kepanduan di Indonesia menunjukkan kepeduliannya yang besar terhadap pembentukan karakter dan pendidikan anak-anak dan remaja. Kepanduan yang awalnya dimulai di lingkungan Keraton Yogyakarta kemudian menjalar ke seluruh penjuru Indonesia, menjadi salah satu aspek sorotan dalam perjalanan kepanduan di Indonesia.
Diharapkan dengan berbagai macam kegiatan di bidang kepramukaan, siswa dapat ambil bagian dan berperan aktif di dalamnya. Sehingga nanti dengan berbagai pengalaman mengikuti kegiatan kepramukaan dapat menjadi bekal untuk tidak hanya survive dalam kehidupan tapi juga bermanfaat di masa depan.
Sejarah Singkat Gerakan Pramuka, Ditulis oleh: Zulfikar Rahmatullah
Editor: Ngatijo