Kapan corona berakhir? Masa Pandemi Covid-19 menjadikan ketidak seimbangan seluruh aspek kehidupan baik sosial, pendidikan, ekonomi bahkan politik. Di masa pandemi ini banyak sekali masyarakat yang mengeluh terlebih kalangan menengah ke bawah. Hal yang paling disoroti adalah aspek ekonomi dan pendidikan.
Indonesia di hadapkan dengan banyak persoalan dalam aspek ekonomi akibat dari pandemi Covid-19. Kondisi ekonomi di Indonesia nampak memprihatinkan, ekonomi secara global 2020 diperkirakan bisa jatuh seperti depresi 1930, bukan lagi seperti tahun 2008 atau 1998. Kondisi ini juga memicu penurunan perdagangan bahkan perdagangan internasional. Di Indonesia sendiri berbagai sektor harus terkendala dalam proses operasi, seperti pabrik-pabrik yang harus menghentikan proses operasi karena kondisi tidak memungkinkan.
Dosen program studi Manajemen Institut Teknologi & Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta, Muhammad Sarwani, S.E., M.M. selaku pembicara menjelaskan adanya dampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dalam jumlah yang besar, sebagai bagian dari krisis ekonomi. “PHK sendiri sudah pasti. Kementerian ketenagakerjaan sendiri melaporkan ada 2,9 Juta karyawan yang di PHK (per Mei 2020), sedangkan KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) justru lebih tinggi, ada 6,4 juta karyawan,” Jelasnya, dikutip dari https://www.uii.ac.id/ekonomi-di-masa-pandemi-covid-19.
Peranan dari pemerintah sangat diperlukan untuk masa pandemi sekarang ini, tidak hanya memberikan bansos atau BLT, melainkan daya beli masyarakat ditingkatkan bisa melalui UMKM dan pelatihan-pelatihan membuat karya yang hasilnya bias dijual sebagai upaya peningkatan pendapatan masyarakat. Sebagai masyarakat yang harus memnuhi kebutuhan untuk hidup harus tetap bertahan dan berjuang agar bias melalui masa Pandemi ini, sampai berakhir.
Dampak dari lemahnya ekonomi nasional bahkan dunia akibat covid-19 sangat signifikan kaitannya dengan dunia pendidikan. Salah satu dampak yang paling terlihat atas perubahan dunia pendidikan di tengah pandemi Covid-19 adalah keefektifan proses belajar-mengajar. Pasalnya, tidak semua peserta didik mampu beradaptasi dengan metode pendidikan yang baru ini, terlebih pada jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama(SMP).
Anak-anak yang berada pada jenjang pendidikan ini sangat rentan dalam hal tidak mendapatkan materi belajar yang merata, jika tidak ada kerjasama yang baik antara guru maupun pihak orangtua.
Maka dari itu, pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meminta agar para guru tidak hanya fokus dalam mengejar target kurikulum saja. Namun juga membekali siswa dengan kemampuan hidup yang diperkuat dengan nilai-nilai karakter. Tujuannya tak lain supaya metode belajar jarak jauh tidak lagi membebani para guru, siswa, maupun orangtua.
Penyesuaian pembelajaran ini juga telah dijelaskan sebagaimana dalam Surat Edaran Nomor 2 tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di lingkungan Kemendikbud. Serta dalam Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan. Perubahan dunia pendidikan di tengah pandemi Covid-19 juga turut dirasakan oleh peserta didik pada jenjang pendidikan SMP dan SMA/SMK di Indonesia, yang mana pihak Kemendikbud resmi membatalkan pelaksaan ujian nasional untuk tahun ajaran 2019/2020.
Seperti halnya yang terjadi di SMPIT Insan Mandiri Cibubur, sebagian orang tua mengeluh dengan adanya system Pembelajaran Jarak Jauh melalui online. Beberapa keluhan tentang efektifitas penyampaian materi yang sulit dimengerti oleh siswa karena terjadi kendala baik jaringan, kuota dan kurangnya fokus siswa untuk memperhatikan pembelajaran, “KAPAN CORONA BERAKHIR?” ungkap salah satu orang tua siswa yang tidak ingin disebut namanya.
Upaya maksimal dilakukan oleh pihak Yayasan dan Sekolah sehingga terjadi sinergi dengan siswa dan orang tua dalam proses PJJ. Berbagai cara dilakukan pihak sekolah agar system pembelajaran bisa berjalan dengan lancar melalui zoom, web dan Video Call personal bahkan apabila diperlukan melakukan home visit bagi siswa yang sangat membutuhkan bimbingan(pendampingan).
Dengan keadaan pandemi ini yang sangat diperlukan adalah kesabaran dan komunikasi yang baik antara orangtua, siswa maupun sekolah. Kita tidak tahu kapan masa pandemi ini akan berakhir, karena wabah corona tidak hanya terjadi di satu daerah melainkan seluruh dunia sedang mengalami culture shock (goncangan budaya). Saatnya harus berbenah diri, berjuang untuk menghadapi kehidupan realistis yang sedang dihadapi saat ini, keluhan bukan solusi baik melainkan sikap optimis dan membangun motivasi diri yang diterapkan juga kepada siswa ataupun siswi baik oleh orang tua dan sekolah.
Masa pandemi ini mengharuskan seluruh masyarakat memiliki rencana terbaik ke depan, baik kehidupan ekonomi ataupun dalam hal pendidikan anak. Semoga dengan perjuangan dan do’a kita semua Allah akan mengakhiri wabah ini, Aamiin
Oleh:
Devi Hendriyana, S.Pd
(Guru IPS SMPIT Insan Mandiri Cibubur)