You are currently viewing RINDUKU UNTUK MURIDKU
rinduku untuk muridku syaipul khobir wali asrama insan mandiri cibubur

RINDUKU UNTUK MURIDKU

Rinduku untuk muridku, sebuah puisi ungkapan hati, ketika harus belajar dengan jarak jauh:

 

 

 

Rindu..

Selalu terngiang suara itu

Canda tawa, tangis haru, dan marah  itu,

Selalu terbayang ekspresi itu

Marah, kesal, sedih, bahkan malu,

Rindu..

Sebuah kata dan rasa

Yang kini mulai memenuhi hati sanubariku..

Semoga ada hari temu

Saat badai berlalu..

 

 

Kisah kerinduan ini berawal sejak Covid-19 mewabah di bumi nusantara yang berdampak pada diliburkannya seluruh sekolah di pelosok Indonesia. Sejak 18 Maret 2020 lalu murid-murid diseluruh indonesia diwajibkan belajar di rumah melalui media on line tak terkecuali sekolah Insan Mandiri Cibubur yang notabene sekolah berAsrama atau Boarding School. Kini setelah hampir satu semester lebih berlalu, wabah Covid-19 belum kunjung mereda sehingga murid dan guru pun belum bisa berangkat ke sekolah.

Rindu, ya Layaknya seperti dua insan yang memiliki ikatan batin tetapi terpisah oleh ruang dalam waktu lama maka wajarlah jika tumbuh kerinduan. Begitupun bagi guru dan murid, yang sebelum datangnya Covid-19 telah berinteraksi dengan sangat intens di sekolah sehingga tumbuh ikatan batin yang kuat. Namun kini telah lebih sebulan terpaksa terpisah oleh karena wabah.

Maka kerinduanpun akan membuncah. Meski selama ini guru masih bisa tetap mengajar melalui media daring sehingga masih dapat saling berkomunikasi secara virtual, namun itu tetap tak dapat menggantikan pertemuan fisik.

Ketika belajar di sekolah dengan kondisi normal maka waktu tersebut akan berlalu seakan-akan tanpa terasa. Tentu saja terutama dipengaruhi oleh beragamnya aktivitas belajar yang dijalankan di sekolah sehingga baik siswa maupun guru menikmati keasyikan proses pembelajaran. Setiap hari akan tercipta suasana belajar dan bersenda gurau baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.

Rinduku untuk muridku,Pastilah semua guru merindukan suasana yang menyenangkan ini. Karena suasana ini lebih menyenangkan dibandingkan belajar secara virtual. Meski mengajar di dunia maya itu juga terkesan seperti “libur panjang” sekalipun, namun libur seperti itu tetap kalah menyenangkan dibanding mengajar di dunia nyata.

Beragam ekspresi dan tanggapan yang bermunculan di medsos tentang “enaknya” belajar di sekolah dan “tidak enaknya”. Belajar atau bekerja dari rumah adalah bentuk luapan perasaan yang disampaikan baik oleh siswa, orang tua, maupun guru. Hal yang paling menyentuh adalah banyaknya keluhan yang muncul akibat siswa kelebihan beban belajar khususnya melalui tugas , yang diterima dari belasan guru setiap pekan. Keluhan lainnya adalah beban biaya yang ditanggung orang tua siswa menjadi lebih besar karena harus menyediakan kuota internet untuk anak-anaknya.

Terdapat pula ekspresi yang menampilkan orang tua siswa yang kewalahan mendampingi anaknya belajar yang ternyata tidak mudah. Juga bermunculan tanggapan siswa betapa mereka ingin kembali sekolah karena merasa bosan di rumah. Mereka mengekspresikan perasaan melalui video, sosial media yang mengungkapkan kerinduan terhadap teman, guru serta suasana sekolahnya.

Beragam keluhan itu menjadi pembenaran atas keniscayaan peran guru dan sekolah yang tidak bisa dinafikkan. Guru tetap akan dibutuhkan sepanjang sejarah umat manusia walau secanggih apapun kemajuan teknologi.

Seperti ungkapan Bahasa Jawa yang mengatakan bahwa Guru itu singkatan dari “digugu” dan “ditiru”. Guru itu digugu (dipercaya) dan ditiru (diteladani) maka sosok seorang guru baik di sekolah maupun di rumah dan lingkungan masyarakatnya harus menjadi orang baik.

Seorang guru segala tindak tanduknya akan ditiru, terutama oleh siswa-siswanya. Saat guru bertemu dengan murid di dunia nyata saat itulah transfer pendidikan karakter mulia itu terjadi apalagi sekolah yang berAsrama seperti sekolah insan mandiri cibubur sekolah projeck based qur’an yang mendidik karakter murid sesuai fitrahnya.

Namun transfer karekter mulia itu kini sulit terjadi karena guru dan murid terpisah oleh kondisi wabah ini, yang mengharuskan untuk belajar online.

Kerinduan guru mengajar di dunia maya ini hanya akan terobati jika pandemi ini berlalu dan sekolah dibuka kembali. Kini, biarlah kerinduan itu mengendap terlebih dahulu.

Pada saatnya nanti, ketika semua sudah aman dari virus yang melanda ini, semua sudah kembali normal lagi barulah kerinduan yang menjadi wujud rasa cinta itu diluapkan kembali saat bertemu di tempat yang seharusnya rindu itu akan bertemu.

 

Rinduku untuk muridku

Oleh M. Syaipul khobir

(Wali Asrama Insan Mandiri Cibubur dan Guru PAI SMA IT Insan Mandiri Cibubur)

 

 

Kunjungi Juga : SD Silaturahim Islamic School