You are currently viewing AL-QUR’AN SENJATA SESUNGGUHNYA
Al-qur'an senjata sesungguhnya haydar kelas IX smp it insan mandiri cibubur

AL-QUR’AN SENJATA SESUNGGUHNYA

Al-Qur’an senjata sesungguhnya karena bagi para Pahlawan Al-Qur’an merupakan pedoman untuk selalu diikuti semua ajaran dan menjauhi segala larangannya.

Hari pahlawan, yang terjadi di benak kita semua mengenai hari pahlawan tak lepas dari cengkraman kemerdekaan negeri dan bangsa ini. Biasanya, semua orang beranggapan bahwa hari pahlawan adalah hari dimana kita semua mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur untuk memperjuangkan kemerdekaan yang bisa kita nikmati sampai saat ini. Meskipun demikian, peringatan simbolik hari pahlawan tetap diperlukan. Sebab, manusia membutuhkan simbol untuk mengomunikasikan sesuatu, mengembalikan ingatan dan kesadaran.

Tapi, tak banyak pula orang yang beranggapan bahwa hari pahlawan adalah hari dimana kita harus meneruskan semangat para pejuang kemerdekaan yang telah gugur. Sebenarnya,  ada yang terlewatkan oleh seseorang saat menanggapi tentang pahlawan. Salah satunya mengenai pertanyaan apakah negeri kita sekarang masih harus punya pahlawan? Mungkin orang akan menjawab “tidak perlu”. Tapi, sebenarnya kita harus mempunyai pahlawan untuk negeri ini. Loh, bukannya negeri ini sudah merdeka mas ya? Tentu belum.

Jika kau merenung lebih dalam lagi, kau akan menemukan celah lebar yang mendorong para penjajah itu datang. Saya punya pertanyaan, apakah selama ini kalian pernah candu terhadap gawai atau rokok? ataupun pernah mengonsumsi narkoba? Itulah celah terbesar negeri kita saat ini.

Menurut KBBI, “pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani”. Tapi menurut para filosof-filosof (ahli filsafat) dan juga Plato, “ Pahlawan adalah seseorang yang dihormati berkat kekuatannya yang bisa memengaruhi orang lain dan juga bisa mengontrol/menguasai dirinya dengan baik”.

Jadi, manakah yang benar? Semua pendapat itu benar dan tak ada salahnya. Tapi, apakah benar hanya orang yang cerdas dan memiliki kekuatan yang dahsyat saja yang bisa menjadi pahlawan? Belum tentu. Sebenarnya, kita juga bisa menjadi pahlawan, tapi terkadang seseorang menganggap dirinya lemah,  bodoh, dan pengecut. Jadi, senjatannya apa? Apa yang harus kuperbuat bagi negeri ini? Dan apa untungnya bagi negeri ini? Senjatannya hanya satu. Yaitu, Kitab-Kitab Allah Swt.

Karena sebaik-baik senjata untuk apapun adalah kitab Allah. Salah satu dari semua kitab-kitab yang diciptakan oleh Allah adalah yang paling mulia dihadapannya ialah Al-Quranul Kariim. Mengapa disebut sebagai senjata bagi pahlawan? Karena Al-Qur’an senjata sesungguhnya bagi Pahlawan yang selalu mengikuti semua ajarannya dan menjauhi segala larangannya.  Karena itu, tak heran bila mana segala isi dan makna yang terkandung dalam Al-Quran itu adalah peraturan dunia maupun akhirat yang selalu abadi dan selalu mengandung makna yang filosofis nan teologis (Pelajaran tentang manusia dan tuhan).

Menurut Ibrahim (2013:78), mengatakan banyak gerakan-gerakan yang masih memakai jubah Islam yang masih bergerak pada perjuangan reaktif. Nurcholish Madjid/Cak Nur membagi perjuangan jadi dua: Perjuangan Proaktif dan Perjuangan Reaktif. Bahkan, sampai ada yang secara bebas menyalahgunakan senjata kita hanya untuk semena-mena ingin menguasai negeri kita yang spiritualis. Tapi, mengapa jiwa kepahlawanan kita tak bisa bangkit? Karena kita sedang dan masih terjajah oleh para pemabuk dunia itu.

Islam mengatakan pahlawan adalah ikon seseorang yang telah berkorban dan memperjuangkan semuannya dengan ikhlas dan sabar sehingga mendapat amal yang baik untuk dirinya. Misalkan, ada seorang anak laki-laki miskin yang ingin membelikan hadiah untuk orang tuanya supaya bahagia selalu. Anak laki-laki tersebut berjalan sejauh 5 mil dari rumahnya dan tak menemukan apa-apa yang cocok untuk dijadikan hadiah. Lalu ia berjalan terus menulusuri daerah yang belum pernah dipijakkan oleh penduduk urban (Kota).

Disana ia melihat sesuatu seperti pohon berbuah di tengah-tengah daerah tandus, ia pun berjalan menghampiri pohon tersebut dan ternyata disana ada seekor singa yang kelaparan. Jika ia mundur, apa yang akan dia beri untuk orang tuanya? Dan jika ia maju, lalu apa juga yang harus diberikan kepada orang tuanya? Jika kalian adalah anak kecil tersebut, apa yang kalian lakukan? Maju sebagai pahlawan atau mundur sebagai Pecundang? Dari cerita tersebut kita bisa ambil nilai juangnnya hanya untuk memberi hadiah untuk orang tuanya yang miskin. Begitu pun juga kalian, jika kalian sudah ragu-ragu untuk menjadi pahlawan untuk negeri ini, ya kalian akan menanggung resikonya, seperti kehampaan negeri, lalu apa hubungannya dengan senjata yang sesungguhnya yaitu Al-Quran? .

Sebenarnya, di Al-Quran ada banyak ayat-ayat suci yang berhubungan tentang pahlawan yang sesungguhnya. Diantarannya adalah bahwa seorang pahlawan itu tak pernah mundur dalam kondisi apapun (QS Al-Maidah : 54), selalu bersabar dalam apa yang diperjuangkannya (QS Al-Anfal : 65) dan seorang pahlawan bukan seorang yang pengecut yang selalu mundur sebelum berjuang (QS Al-Azhab : 19). Mestinya negeri ini harus membudayakan semangat kepahlawanan dengan cara yang dianjurkan oleh Al-Quran dan Hadist-Hadist Rasullullah SAW.

Dengan begitu, semua rakyat yang ada di dalam negeri ini semuannya harus dijadikan sebagai pahlawan bagi negeri kita. Dengan adanya itu, negeri kita tak akan lagi saling bertengkar, sara dan lain sebagainya yang tak penting dibahas. Jadi, masalah tentang negeri kita ini masih butuh pahlawan atau semacamnya, jawabannya adalah iya, karena banyak dari saudara-saudara kita yang masih dijajah oleh hawa nafsu duniawi sehingga saudara kita harus diseret oleh para penjajah untuk selalu atau bahkan selamannya mengikuti fatamorgana.

Terakhir kunci pahlawan negeri kita ini adalah perdalami tentang ajaran-ajaran Allah Swt melalui kitab-kitabnya terutama Al-Quran, karena memang Al-Qur’an senjata sesungguhnya dan belajar mengenai adab serta kesopanan yang telah dipraktekkan oleh Rasullullah Saw beserta keluarga dan para sahabatnya dan juga para keturunan keluarga Rasullullah Saw. Serta menghormati mayoritas dan menghargai minoritas yang ada di negeri ini. Bagaimana cara menumbuhkan jiwa kepahlawanan kita yang mungkin sudah luntur? Pahlawan selalu dikenang karena mereka tidak terletak pada fisik-raga dan hal-hal yang bersifat material, mereka istimewa karena jiwa mereka memiliki keutamaan batin.

Keutamaan itulah jiwa kepahlawanan yang sebenarnya. Jiwa kepahlawanan mempunyai dasar berupa daya-daya. Daya jiwa kepahlawanan yang utama adalah keikhlasan yang tulus. Keikhlasanlah yang merupakan tanda-tanda kebesaran jiwa dimana seorang melakukan sesuatu dengan penuh ketulusan tanpa pamrih dan tiadanya harapan untuk mendapatkan imbalan dari apa yang dilakukannya.

Saya sangat yakin, dalam relung diri negeri ini para pahlawan pun terselip keinginan untuk hidup damai bersama keluarga segenap kesenangan material tanpa perlu terjun ke medan laga. Namun, kita para pahlawan di negeri ini menyimpan dalam-dalam keinginan egoistik tersebut dalam jiwa dan menguncinya rapat-rapat. Jika kepahlawanan (keikhlasan berkorban demi kepentingan bersama) inilah langka yang kita temui di negeri kita saat ini.

Di berbagai media sosial kita lebih sering dihidangkan manifestasi jiwa para penghianat negeri ini maupun para penjajah bangsa yang berani menggadaikan negeri ini demi kepentingan pribadinya seperti korupsi, suap, kriminalitas dan melakoni dagelan politik negeri kita ini demi akumulasi kekuasaan negeri. Jadi kita sebenarnya masih memiliki jiwa kepahlawanan layaknya angin, dan juga, kita tidak boleh mempermainkan kekuatan dan senjata kita demi kepentingan pribadi. Intinya kita semua ini adalah pahlawan, dan senjata paling ampuh ialah Al-Quran karena Al-Qur’an senjata sesungguhnya.

Oleh : Ahmad Ruhullah Haydari (siswa Kelas IX SMPIT Insan Mandiri Cibubur)

 

Referensi:

Https://www.idntimes.com/life/inspiration/rangga-putra/kutipan-filsuf-plato-membuat-tertohok-c1c2/full. Diakses 5 november 2019

Ibrahim, M. S. (2013). Demi Islam, Demi Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V. (Online). Diakses 5 november 2019.